Makna Dakwah dalam Perspektif Al-Quran
Oleh: AHMAD GOZIN, M.Ag
A. Pendahuluan
Dakwah dalam
praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup tua, yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus demban manusia di
belantara kehidupan ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh
siapa pun, karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari
berbagai persoalan manusia yang merugikan kehidupannya, meruapan bagian dari
tugas dan fungsi manusia yang sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia
sebagai khalifah fi al-ardh (khalifah di muka bumi).1
Dakwah dalam
implementasinya, meruapakan kerja dan karya besar manusia, baik secara personal
maupun kelompok yang dipersembahkan untuk Tuhan dan sesamanya adalah kerja
sadar dalam rangka menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahteraan, menyuburkan
persamaan, dan mencapai kebahagian atas dasar ridha Allah SWT. Dengan demikian,
baik secara teologis maupun sosiologis dakwah akan tetap ada selama umat
manusia masih ada dan selama Islam masih menjadi agama manusia.
Secara
teologis, dakwah merupakan bagian dari tugas suci (ibadah) bagi umat Islam.
Kemudian secara sosiologis, kegiatan dakwah apapun bentuk dan konteksnya akan
dibutuhkan dan mewujudkan keshalehan individual dan keshalehan sosial, yaitu
pribadi yang memiliki kasih sayang terhadap sesamanya dan mewujudkan tatanan
masyarakat marhamah yang dilandasi oleh kebenaran tauhid, persamaan derajat,
semangat persaudaraan, kesadaran akan arti penting kesejateraan bersama, dan
penegakan keadilan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.2
_______________________
1 QS. Al-Baqarah ayat 30:
terjemahanya sebagai berikut: Ingatlah ketika Tuhanmu berfiman kepada para
Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.......”.
2 Enjang As. Dasar-dasar Ilmu Dakwah
Pendekatan Filosofis dan Praktis, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), hal. 1.
Hal yang senada
dengan pernyataan di atas, Enjang AS, Aep Kusnawan (Peny.) : 7) 3
mengatakan bahwa kegiatan berdakwah sudah ada sejak tugas dan fungsi yang harus
diemban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Hal itu dilakukan dalam
rangka menyelamatkan seluruh alam, termasuk di dalamnya manusia itu sendiri.
Pada dasarnya,
dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman bagi
gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh kegiatan
dakwah akan sia-sia (muspra; dalam bahasa Jawa). Apabila ditinjau dari
pendekatan sistem, tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah.
Menurut
al-Quran, salah satu tujuan dakwah dapat ditemukan dalam surat Yusuf ayat 108,
sebagai berikut;
Katakanlah;
Inilah jalan-Ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk
orang-orang yang musyrik
Menurut ayat
di atas, salah satu tujuan dakwah adalah
membentangkan jalan Allah di atas bumi agar dilalui manusia.
Dengan
berdasarkan pada ayat tersebut, Abdul Rosyad Saleh 4 membagi tujuan
dakwah menjadi dua, yakni tujuan utama dakwah dan tujuan departemental (tujuan
perantara). Lebih jelasnya Abdul Rasyad
Saleh menulis sebagai berikut:
Tujuan utama
dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh oleh
keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah maka semua
penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.
Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan pengertian
tentang dakwah adalah terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirat yang diridhai Allah SWT.
Sedangkan
tujuan departemental adalah merupakan tujuan perantara. Sebagai perantara oleh
karenaya tujuan departemental berintikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan
kebagaian dan kesejahteraan yang diridhai Allah SWT, masing-masing sesuai
dengan segi atau bidangnya.
_______________________
3 Enjang AS, Penulusuran Makna
Dakwah, Aep Kusnawan (Peny.) Ilmu Dakwah (Kajian Berbagai Aspek,
(Bandung: Bani Quraisy, 2004), hal. 7.
4 Abdul Rosyad Saleh, Menejemen Dakwah Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hal. 21-27. Dikutif oleh Agus Ahmad Safe’i, Aksiologi
Dakwah Islam, Aep Kusnawan (Peny.) Ilmu Dakwah (Kajian Berbagai Aspek),
(Bandung: Bani Quraisy, 2004), hal. 114-115.
Dengan
demikian, dengan meruju pada kutipan di atas, maka tujuan utama dan tujuan
departemental dakwah merupakan dua hal yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tujuan akhir merupakan muara akhir
dari tujuan departemental, sedangkan tujuan departemental merupakan sarana bagi
tercapainya tujuan utama tadi.
B.
Pembahasan
Al-Quran
sering disebut kitab dakwah. Artinya, ia menjadi sumber rujukan dasar
dan referensi otentik tentang keapaan dan kebagaimanaan dakwah. Tentang posisi
Al-Quran sebagai kitab dakwah ini, Syayid Qutb menulis; 6
Al-Quran
merupakan kitab dakwah. Yang memiliki ruh pembangkit. Yang
berfungsi sebagai penguat. Yang berperan sebagai penjaga, penerang,
dan penjelas. Dan merupakan tempat kembali satu-satunya bagi para penyeru
dakwah dalam mengambil rujukan dalam melakukan kegiatan dakwah dan dalam
menyusun suatu konsep gerakan dakwah selanjutnya.
Al-Quran
menyentuh banyak aspek yang berkaitan dengan kebutuhan dan kewajiban manusia
untuk berdakwah. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa al-Quran merupakan sumber
inspirasi dakwah. Lebih dari itu, al-Quran dapat juga dikatakan sebagai kitab
dakwah., dalam pengertian bahwa al-Quran-lah yang mengintroduksi wacana itu dan
menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan tentangnya.
Menurut
Sukriadi Sambas, 7 Al-Quran adalah kitab dakwah yang merupakan pesan
dakwah Allah sebab Allah menjelaskan secara eksplisit adanya aktivitas dakwah sebagai bagian yang
diperintahkan.
Al-Quan
menjelaskan identitas kedirinya sebagai al-kitab al-hakim dan al-quran
al-hakim, yaitu buku dan bacaan hikmah yang berarti kearifan, ilmu, dan
kebijaksanaan. Allah SWT. Mengenalkan buku hikmah, mengenalkan salah satu
identitas diri-Nya dengan sebutan al-ajij al-Hakim, yaitu Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.8
_______________________
6 Sayyid Qutb, Fiqih
Dakwah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995, hal. 1, dikutip oleh Asep Muhyiddin
dan Agus Ahmad Safe’i, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2002), hal. 15.
7 Sukriadi
Sambas, Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah, (Bandung: KP Hadid,
1998), hal. 2. dikutip oleh Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safe’i, Metode
Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal. 16.
8 Asep Muhyiddin
dan Agus Ahmad Safe’i, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), hal. 15-16.
Hal yang
serupa dengan di atas, Quraish Shihab (1994: 193) 9 menjelaskan
bahwa Al-Quran al-Karim adalah suatu kitab dakwah yang mencakup sekian
banyak permasalahan atau unsur dakwah, seperti da’i (pemberi dakwah), mad’u
(penerima dakwah), metode dakwah dan cara-cara penyampaiannya.
Ki Moesa .A
Machfoeld, (2004: XIV) 10 dalam bukunya Filsafat Dakwah, Ilmu
Dakwah Dan Penerapannya (edisi kedua), yang disunting oleh Nawari Ismail,
secara panjang lebar mejelaskan makna hakikat dakwah. Namun secara garis
besarnya beliau menjelaskan sebagai berikut:
Ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang hakikat makna dakwah,
yaitu: dakwah sebagai kerja Tuhan; dakwah sebagai ajakan; dakwah sebagai proses
komunikasi; dakwah penyebaran rahmat Allah,; dakwah sebagai pembebasan; dakwah
sebagai penyelamatan manusia; dan dakwah sebagai membangun peradaban.
Dakwah, secara
bahasa (etimologi) merupakan sebuah kata dari bahasa Arab dalam bentuk masdar.
Kata dakwah berasal dari kata: دعا – يدعو -
دعوة (da’a, yad’u,
da’watan), yang artinya seruan, panggilan, undangan atau do”a. Menurut Abdul Aziz ,11 secara etimologi kata dakwah berarti : (1)
memanggil; (2) menyeru; (3) menegaskan atau membela sesuatu; (4) memohon dan
meminta atau berdo’a. Artinya, proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa
ajakan, seruan, undangan untuk mengikuti pesan tersebut atau menyeru dengan
tujuan untuk mendorong seseorang suapaya melakukan cita-cita tertentu.11
Oleh karena
itu, dalam kegiatan dakwah ada proses mengajak, maka orang yang mengajak
disebut da’i dan orang yang diajak disebut mad’u.
Pengertian
dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang
namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa saja kepada arah kebaikan dan
keburukan.
_________________________
9 Quraish
Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 193.
10Ki Moesa .A
Machfoeld, (edisi kedua), Nawari Ismail (Peny.), Filsafat Dakwah, Ilmu
Dakwah Dan Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004) hal. 148.
11 Abdul Aziz, Islah al-Wakhudu al-Diniy, (Mesir:
Attiqarah al-Kubra, 1997), hal. 26. dikutif oleh Enjang AS, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung:
Widya Padjajaran, 2009) hal. 3.
Oleh karena
itu, dalam kegiatan dakwah ada proses mengajak, maka orang yang mengajak
disebut da’i dan orang yang diajak disebut mad’u.
Pengertian
dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang
namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa saja kepada arah kebaikan dan
keburukan. Dalam konteks pengertian bahasa, al-Quran menunjukan beberapa contoh
penggunaan kata dakwah. Penggunaan kata dakwah bisa digunakan untuk ajakan
kebaikan dan ada juga kata dakwah yang menunjukan ajakan pada keburukan, bahkan
kata dakwah yang artinya do’a. Beberapa contoh berikut:
قال رب السجن
احب الي مما يدعو نني اليه
Yusuf berkata:
“wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka
kepadaku”. (QS. Yusuf:
33).
والله يدعو الي
دار السلام .......
Allah menyeru
(manusia) kepada daru al-salam (surga).......(QS. Yunus: 25).
اولئك يدعون
الي النار والله يدعو الي الجنة والمغفرة باذنه
Mereka mengajak
ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. (QS.
Al-Baqarah: 168).
اجيب دعوة
الداع اذا دعان
Aku akan
memenuhi do’a bagi orang berdo’a kepada-Ku. (QS. Al-Baqarah: 222).
Sedangkan
dakwah dalam pengertian istilah (terminologi) diantaranya dapat mengambil
isyarat dari suarat al-Nahl (16): 125, al-Baqarah (2): 208, al-Maidah (5): 67,
al-Ahzab (33): 21, dan Ali-Imran (#): 104 dan 110. Adapu surat al-Nahl (16)
ayat 125, yaitu:
ادع الي سبيل
ربك بالحكمة والموعظة الحسنة جا د لهم بالتي هي احسن ........
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik......
Berdasarkan
ayat-ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa dakwah adalah mengajak
manusia kepada jalan Allah (sistem Islam) secara menyeluruh; baik dengan lisan,
tulisan, maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar (upaya) muslim mewujudkan
nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi (syahsiyah), keluarga
(usrah) dan masyarakat
(jama’ah)
dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh, sehingga terwujudnya khairul
ummah (masyarakat madani).12
Menurut Asep
Muhyiddin (2004: 13) 13 bahwa Al-Quran merupakan kitab dakwah
dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan umat manusia. Al-Quran merupakan sumber
utama yang menjelaskan mengenai dakwah itu. Term-term utama dakwah
disebutkan.
Dalam
perspektif dakwah, al-Quran dipandang sebagai kitab dakwah yang
merupakan rujukan pertama dan utama. Al-Quran memperkenalkan sejumlah istilah
kata kunci yang melahirkan konsep dasar dakwah.
Dalam
al-Quran, istilah-istilah dakwah tersebut selalu diekspresikan dalam konteks
bagaimana kedudukan, fungsi, dan peran manusia sebagai mukhatab utamanya
dalam kaitan dengan hak dan kewajibannya, yakni habl min Allah, habl min
al-nas, dan habl min al-alam. Isyarat ayat-ayat yang berkenaan
dengan hal itu menegaskan keberadaan gagasan, visi, misi, dan prinsip dakwah
dalam wawasan al-Quran.
Istilah-istilah
dakwah dalam al-Quran yang dipandang paling populer adalah yad’una ila
al-khayr, ya’muruna bi al-ma’ruf, dan ‘yanhawna ‘an al-munkar.
Dalam konteks ini, seorang muslim secara khusus mempunyai kewajiban dan
tanggungjawab moral untuk hadir ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat
sebagai bukti dan saksi kehidupan Islami (syuhada ‘ala al-nas), umat
pilihan (khoero ummah) yang mampu merealisasikan nilai-nilai Ilahi,
yaitu menyatakan dan menyerukan al-khoer, sebagai kebenaran prinsipil
dan universal (ya’uuna ila al-khoer), melaksanakan dan menganjurkan al-ma’ruf,
yaitu nilai-nilai kebenaran kultural (ya’muruuna bi al-ma’ruf), serta
menjauhi dan mencegah kemunkaran (yanhawna ani al-munkar). Disamping
istilah tersebut dalam al-Quran juga memperkenalkan istilah-istilah lain yang
dipandang berkaitan dengan tema umum dakwah, seperti tabligh
(penyampaian), tarbiyah (pendidikan), ta’lim (pengajaran), tabsyir
(penyampaian berita gembira), tandzir (penyampaian ancaman), tawsiyah
(nasehat), tadzakir dan tanbih (peringatan).
_________________________
12 Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Bandung:
Widya Padjajaran, 2009), hal. 3-5.
13 Asep
Muhyiddin, Dakwah Dalam Al-Quran, Aep Kusnawan (Peny.), Ilmu Dakwah (Kajian Berbagai Aspek),
(Bandung: Bani Quraisy, 2004), hal. 13.
Subtansi
istilah-istilah itu adalah adanya pesan moral dan misi suci tentang nilai-nilai
kebenaran, kebaikan, dan kesucian sebagai hidayah Ilahi yang perlu
terus-menerus diperjuangkan.
Hal serupa
dengan pernyataan di atas, secara khusus,
Sukriadi Sambas, (2004: 127) 14 Al-Quran merupakan kitab dakwah dari Allah
kepada Nabi Muhammad SAW dan umat manusia.
Al-Quran merupakan
sumber utama yang menjelaskan mengenai dakwah itu. Term-term utama dakwah
disebutkan kata الله sebagai داعئ معبود
خالق , sebanyak 980 kali;
(sebagai pembawa informasi Ilahi) sebanyak 154 kali; dalam 45
bentuk; (penyampai pesan Ilahiyah)
sebanyak 523 kali dalam 54 bentuk;
9seruan) sebanyak 208 kali dalam 70 bentuk, (penyebar) 77 kali dalam 32 bentuk; sebanyak 13 kali dalam 8 bentuk; (bimbingan ) 19 kali dalam 9 bentuk; (mengurus) 8 kali dalam 3 bentuk; (mengembangkan) 11 kali dalam 2 bentuk; sebanyak 1.451 kali dalam 50 bentuk; sebanyak 25 kali dalam 7 bentuk; sebanyak
358 kali dalam 29 bentuk; sebanyak 331
dalam 6 bentuk; sebanyak 37 kali dalam
3 bentuk, sebanyak 1 kali, dan term-term
lainnya.
Dari term-term
tersebut terinformasikan secara qath’i al-wurud, qath’i al-dilalah,
dan qath’i tanfidz (kepastian dalam pelaksanaan), bahwa dakwah secara
umum merupakan proses menyeru untuk mengikutisesuatu dengan cara sesuatu.
Sedangkan secara khusus dakwah Islam diartikan sebagai proses perilaku
keislaman menyeru ke jalan Allah yang melibatkan unsur da’i, pesan,
ushlub (metode), wasail (media), mad’u (yang didakwahi),
dan tujuan perilaku keislaman itu.
Dari segi
bentuknya, dakwah dapat berupa irsyad (internalisasi) dan bimbingan), tabligh
(tranmisi dan penyebarluasan), tadbir (rekayasa sumber daya
manusia), dan tahwir (pengembangan kehidupan muslim) dalam aspek-aspek
kultur universal.
Menurut Nanih
Machendrawty dan Agus Ahmad Safe’i
(2001: 180),15 bahwa Dakwah semestinya meruapakan suatu
proses dialog untuk membangkitkan kesadaran
________________________
14 Sukriadi
Sambas, Pokok-Pokok wilayah Kajian Ilmu Dakwah, Aep Kusnawan
(Peny.), (Ilmu Dakwah (Kajian
Berbagai Aspek), (Bandung: Bani Quraisy, 2004), hal. 127-128.
15 Nanih
Machendrawty dan Agus Ahmad Safe’i. Pengembangan Masyarakat Islam, Dari
Ideologi, Strategi sampai Tradisi, (Bandung: Rosdakarya, 2001), hal. 180.
bahwa, sebagai
makhluk, masyarakat memiliki potensi, bahwa mereka diciptakan oleh Allah untuk
berkemampuan mengelola diri dan lingkungannya. Dengan konsepsi dan pola seperti
ini, esensi dakwah tidak dimaksudkan untuk mencoba mengubah masyarakat, tapi
menciptakan suatu kesempatan sehingga masyarakat akan sanggup mengubah dirinya
sendiri.
Daftar Pustaka
Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad
Safe’i, 2009. Metode Pengembangan Dakwah, Bandung, Pustaka Setia.
Enjang As. 2009. Dasar-dasar
Ilmu Dakwah Pendekatan Filosofis dan Praktis, Bandung, Widya Padjajaran.
Ki Moesa .A Machfoeld, (edisi
kedua), Nawari Ismail (Peny.) 2004, Filsafat Dakwah, Ilmu Dakwah Dan Penerapannya, Jakarta, Bulan Bintang.
M. Quraish
Shihab, 1994. Membumikan Al-Quran, Bandung, Mizan.
Nanih Machendrawty dan Agus Ahmad Safe’i.
2001. Pengembangan Masyarakat Islam, Dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi,
Bandung: Rosdakarya.